KKG PAI Balikpapan │Balikpapan - Gema Idul Fitri yang menyisakan semilir syawal dijadikan momen istimewa oleh Kementerian Agama Kota Balikpapan untuk membangkitkan semangat dan paradigma baru guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Selasa (15/4/2025), sebanyak 150 Guru PAI berkumpul dalam kegiatan Seminar bertajuk “Peran IT dalam Peningkatan Kualitas Guru PAI” di aula SD Negeri 001 Balikpapan Selatan. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kasi PAI Kemenag Kota Balikpapan, DR. H. Sartono, M.M., dan dikoordinasi langsung oleh para Pengawas PAI. Tujuan utamanya ialah menyegarkan semangat kerja dan merestorasi pola pikir guru melalui pendekatan teknologi dan religiusitas.
Hadir membuka
kegiatan, Kepala Kantor Kemenag Kota Balikpapan, H. Masrivani, S.Ag., M.H.,
yang menyempatkan diri di tengah kesibukannya menjelang pemberangkatan jamaah
haji. Dalam sambutannya, beliau memberikan refleksi mendalam tentang pentingnya
niat pengabdian, kebersihan hati, hingga urgensi penggunaan anggaran dan waktu
kerja secara tertib. Ia menekankan bahwa tugas guru PAI bukan hanya mengajar,
melainkan membentuk akhlak generasi. Dengan gaya lugas dan inspiratif, beliau
menggambarkan bagaimana guru harus menjadi teladan dalam sikap, tutur, dan pola
pikir.
“Reformasi mindset itu pondasi. Tanpa niat mengabdi, disiplin diri, dan hati yang bersih, guru tak akan mampu menjadi suluh bagi anak-anaknya,” tegas H. Masrivani dalam pengarahannya.
Materi-materi
seminar disampaikan oleh DR. H. Sartono, M.M., Abdul Hadi, M.Si., dan Siti
Armina, S.Sos. Ketiganya menyoroti pentingnya integrasi teknologi dalam
pembelajaran agama, sekaligus mendorong semangat kolaboratif antar guru dalam
menyiapkan generasi yang peka terhadap tantangan zaman. Selain itu, outlook
Kementerian Agama Tahun 2025 juga disampaikan, dengan fokus pada pendidikan
unggul, pesantren yang berdaya saing, serta penguatan moderasi beragama di
tengah derasnya arus informasi. Guru PAI diharapkan tidak hanya cakap mengajar,
tapi juga adaptif terhadap teknologi dan perubahan sosial.
“Pendidikan agama
tidak boleh berjalan di lorong sunyi. Ia harus hadir lewat media elektronik,
menyapa jiwa anak-anak yang kini melek digital sejak dini,” ujar DR. H. Sartono
saat menyampaikan materi.
Lebih lanjut, H.
Masrivani menegaskan pentingnya kontrol diri, terutama bagi guru yang berstatus
ASN. Menurutnya, setiap tindakan harus terukur, berlandaskan regulasi, serta
mengedepankan profesionalisme dan akhlakul karimah. Guru dituntut untuk tidak
mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat membahayakan peserta didik, baik
secara moral maupun spiritual. Ia juga menyoroti pentingnya transfer ilmu agama
yang bersih dan terpercaya dari guru, bukan dari media bebas yang belum tentu
tersaring kebenarannya.
“Jangan biarkan anak-anak belajar agama dari pihak luar tanpa filter. Lebih baik mereka menyerap nilai dari guru yang paham tanggung jawab dan cinta umat,” tegasnya dalam pesan penutup.
Kegiatan ditutup
dengan harapan agar seluruh peserta tidak hanya pulang dengan catatan, tapi
juga membawa pulang semangat baru untuk berbenah dan memperkaya peran guru
agama di era digital. Dengan susunan acara yang rapi dan penuh makna, mulai
dari pembacaan Al-Qur’an, doa, menyanyikan lagu kebangsaan hingga pemaparan
materi, seminar ini bukan hanya ajang formal, tapi ruang reflektif untuk para
pendidik religius. Layaknya lentera di tengah gulita, guru PAI diharapkan
menjadi penerang jalan bagi anak-
Jurnalis : Lestari
Editor : Runza